Tuesday, June 20, 2023

Tersesat di Konstantinopel (1. Cirebon)

Waktu sudah menunjukkan jam dua siang, kurang lebih 40 menit lagi waktu take off. Aku bersandar di sofa ruang tunggu sambil menengok ponselku. Aku akan berangkat ke Istanbul untuk sebuah program magang. Bersamaku akan ada seorang anak dari Cirebon, sebuah kota yang bahkan aku tidak kuketahui keberadaannya sampai aku mengenal anak ini.

Di program magang ini ada sekitar dua puluh lulusan universitas di Indonesia yang diberangkatkan ke Turki oleh pemerintah, kebanyakan mereka akan mengajar Bahasa inggris, seingatku hanya dua orang yang akan magang di bidang lain, IT dan Marketing, aku sendiri sesuai jurusanku, Marketing.

“udah di mana?” tanyaku lewat Whatsapp

“masih di jalan” Fanni menjawab.

Aku mulai khawatir karna sebentar lagi akan take off. Buatku ini bukan pertama kalinya keluar negeri, apalagi naik pesawat. Aku selalu datang ke bandara lebih awal. Karena jika masih di jalan saat- saat dekat mau terbang akan membuatku cemas.

Lain dengan Fanni, Turki akan jadi negara pertama yang akan ia kunjungi, dan aku harap bukan jadi yang terakhir.

Disampingku duduk seorang ibu yang mengenakan hijab hitam yang menutup dada, sepertinya ia akan berangkat ke Arab Saudi karena memang penerbanganku ini tidak langsung tapi transit dulu di Jeddah
“Mau kemana bu?” sapaku memulai pembicaraan.

“saya mau ke Arab, kebetulan memang tinggal disana, adek mau kemana?”

“saya mau ke Istanbul, ada urusan, sebenarnya saya lagi menunggu teman, tapi dia belum datang juga”

“Padahal sebentar lagi take off lho” jawab ibu itu sambil mengeluarkan ponselnya.

“Iya bu” aku menutup obrolan.

Aku mulai semakin khawatir karena tinggal hitungan menit aku harus akan masuk kedalam pesawat. Perasaanku campur aduk karna mungkin akan kecewa berangkat sendirian, dan ada kekhawatiran juga kalo anak yang baru kukenal lewat grup Whatsapp ini mungkin gagal berangkat.

Aku berdiri dari tempat duduk di ruang tunggu untuk mengurangi rasa panik. Tiba-tiba dari arah kiri penglihatanku terlihat seseorang yang menggunakan topi dan jaket tebal berjalan tergopoh-gopoh.

Kami memang belum sempat bertemu langsung tapi aku cukup mudah mengenalinya, karena sudah pernah liat foto profilnya di whatsapp. Fanni akhinya sampai di bandara.

Perasaan lega yang luar biasa dan rasa senang yang sulit dijelaskan karna memang Fanni tidak jadi berangkat pun sebenarnya aku juga tidak akan rugi. Kami pun bersiap-siap untuk boarding. Tentunya akan banyak hal yang akan kami bicarakan di dalam pesawat.

Tersesat di Konstantinopel (2. Beyza)

Tersesat di Konstantinopel (3. Sağmalcılar)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...